sejak di luncurkannya
webscript berbahasa Indonesia yang di ciptakan oleh H. Sony Sugema M.B.A.,
pihaknya memerlukan waktu sekitar lima bulan untuk menyusun bahasa pemrograman
yang kemudian dinamai Sony Sugema Script (S3) itu.
Menurut Sony, S3 merupakan
webscript pertama berbahasa Indonesia. ''Saya dengar sebelumnya memang ada yang
bikin. Tetapi itu sekadar menerjemahkan. Kalau ini saya bikin sendiri dari
dasarnya,'' tutur pemilik bimbingan belajar Sony Sugema College itu. Dengan
begitu, dia berharap produk tersebut bisa digunakan lebih mudah.
Sony meyakini S3 bisa
diubah dengan bahasa yang lain. ''Kalau kita mau, tinggal ganti saja, webscript
ini jadi berbahasa Jawa, Sunda, atau bahasa daerah yang lain,'' jelasnya seraya
menegaskan bahwa bahasa pemrograman komputer yang diciptakannya cukup
fleksibel.
Saat ini bahasa
pemrograman itu versinya masih beta dan baru bisa difungsikan untuk platform
windows. Pada masa mendatang bahasa tersebut akan dikembangkan dan
disempurnakan. Sony juga berniat membuat bahasa tersebut bisa digunakan untuk
platforn UNIX. Setelah stabil, rencananya, S3 disosialisasi sebagai program
pertama untuk para pelajar di seluruh Indonesia.
Secara sederhana, S3
kini bisa dimanfaatkan untuk membuat situs dinamis seperti amazon.com atau
detik.com. Programer komputer yang tertarik bisa men-download bahasa
pemrograman tersebut di www.sttis.ac.id atau www.qcollege.com secara cuma-cuma.
Selain S3, di situs tersebut juga terdapat editornya.
Dalam S3 tersedia
beberapa fungsi operator, seperti operator aritmatika, operator assignment
operator perbandingan, dan operator logika, Selain itu, di dalamnya juga
terdapat fitur upload. Fitur ini merupakan fitur tambahan S3 yang dapat
meng-upload beberapa file sekaligus. Kedua hal tersebut hanyalah sebagian kecil
dari sekian banyak fasilitas yang ada di dalamnya.
Sony sengaja menjadikan
S3 sebagai produk yang gratis. Itu dilakukan untuk menghindari dominasi pasar
yang berlebihan dengan produk tertentu. Dengan begitu, dia berharap akan
terjadi keseimbangan.
Peluncuran S3 ini juga
sekaligus menjadi semacam ujicoba untuk mengukur minat masyarakat terhadap
perkembangan teknologi informasi. Setelah ini, Ketua Yayasan Sekolah Tinggi
Teknologi Informatika Sony Sugema itu, berencana merancang sistem operasi berbahasa
Indonesia, sehingga dalam beberapa bulan mendatang, kita bisa menemukan sistem
operasi semacam Windows berbahasa Indonesia.
Faktor terbesar yang
mendorongnya punya ide membuat webscript berbahasa Indonesia adalah besarnya
kendala masyarakat dalam memahami bahasa pemrograman berbasis bahasa
Inggris. Akibatnya, perkembangan pemrograman komputer tidak begitu
menggembirakan.
Kendala seperti itu
bukan hanya milik masyarakat Indonesia. Hal serupa juga terjadi di Jepang,
Korea, Jerman, dan negara lain. Sebab itu, di negara-negara tersebut berkembang
bahasa-bahasa pemrograman yang berbasis kepada bahasa ibu masing-masing.
Mereka yang menjadikan
bahasa nasionalnya sebagai bahasa pemrograman dalam aplikasi kompoter di
sekolah-sekolah maupun instansi pemerintah. Hasilnya, pemrograman komputer
menjadi berkembang begitu pesat.
Dalam konsep
pembelajaran, fungsi bahasa memang posisinya teramat penting. Penggunaan bahasa
ibu, diakui banyak pihak sangat mempercepat proses pembelajaran. Sebab itu, di
negara-negara tersebut, buku-buku terjemahan dari bahasa asing sangat banyak.
Boleh dikatakan, hampir seluruh buku berbahasa Inggris diterjemahkan ke dalam
bahasa nasional negara mereka.
Upaya gigih untuk
menerjemahkan berbagai buku asing ke dalam bahasa nasional sangat memudahkan
warga negara untuk menyerap perkembangan informasi dari luar. Saat ini
Indonesia termasuk dalam negara yang budaya terjemahannya tergolong lemah.
Buku-buku asing, baru bisa ditemui terjemahan bahasa Indonesianya, 4-5 tahun
setelah buku itu terbit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar