Kembali lagi pada masalah kalimat “Orang
Pinggiran”, siapa sih orang pinggiran itu ??? memangnya ada yaah orang
pinggiran ??? seperti apa Mereka ??? terus apa bedanya dengan Pejabat yang “Tak
Bermoral” ??? aduh maaf Pak dan Bu yang tersinggung dengan ucapan Saya, tapi
untuk orang awam atau yaah bisa disebut nggak tahu apa-apa. Saya pikir ini
pertanyaan yang wajar, karena begitu wajarnya Saya mikir bahwa Pejabat itu
memang “Tidak Punya Moral” alias Mereka “Amoral” kali yaah. Hahaha Saya Cuma
bisa ketawa mendengar masyarakat mencemooh para “pejabat”. Tapi kenapa yaah
sepertinya kata “pejabat” itu buruk sekali dimata masyarakat, yaah Saya
kira-kirain baiknyua Mereka hanya 10%, kecuali untuk pejabat yang memang Mereka
masih punya akhlak dan tahu bagaimana memperlakukan masyarakat kurang mampu
dengan masyarakat amoral (Pejabat).
Tulisan Saya ini pasti akan menimbulkan
ketidaknyamanan untuk para pejabat yang mungkin Mereka merasa tersindir dengan
semua ucapan Saya. Saya sih ambil sikap positifnya saja, kalau Mereka tersindir
berarti tulisan Saya benar donk alias Fakta. Kalau tidak mau disindir atau
dihujati dengan perkataan yang tidak senonoh, maka berkaca lah jika memang Anda
mempunyai kaca dirumah (kaca yang di toilet juga tidak apa-apa hahaha). Saya
juga tidak sebaik yang Anda pikir, mungkin Saya lebih baik darpada Anda-anda
sekalian Pak dan Bu. Anda itu sudah mendapatkan cukup gaji (maksud Saya lebih
dari cukup), kenapa masih mau mencuri hak orang-orang yang wajib mendapatkan
hak-hak itu ??? apa tidak panas telinga Kita kalau mendengar Negara Indonesia
adalah Negara Termiskin yang entah ke berapa urutannya (saking miskinnya,
urutan ke berapa saja sampai tidak tahu), Astaghfirullahala’dzim
Capek juga yaah menulis yang tentang
pejabat pemerintah, sampai tangan dan otak Saya kaku ini hehehe. Maaf kalau
tulisannya malah melenceng dari tema atau judul, karena setiap Saya mau menulis
tentang keadilan, KKN, kesehatan, pendidikan, bahkan rakyat tidak mampu pun,
semuanya tidak terlepas dari kata “pejabat”. Heran Saya, saking banyaknya
Mereka disebut, lama-lama Mereka pejabat yang bakalan merangkap jadi artis
juga, yaah untuk para artis Ibukota bersiap-siaplah kalian untuk mencari
pekerjaan baru hahaha. Udah aaahhh kenapa jadi ngomongin pejabat sih, Mereka kan udah tajir melintir
kasian nanti telinganya panas dibicarakan terus. Piss Pak dan Bu
Potret kemiskinan di Indonesia itu telah
banyak, mulai dari kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, Itu hanya
segelintir contoh. Mereka yang tinggal di kolong jembatan, menjadi pemulung,
memakan makanan sisa yang di dapat dari tempat sampah, tidur beralaskan koran
atau kardus bekas, buta aksara karena tidak mengenyam pendidikan, dan masih
banyak lagi yang Mereka hadapi untuk terus bertahan hidup. Tapi masih saja tega
pemerintah Kita melihatnya demikian. Toilet ingin diperbarui, konsumsi rapat
inginnya bergizi, gedung ingin ada fasilitas kolam renang, spa, salon, kursi
untuk rapat saja ingin di impor dari Eropa. Yaa ampun Astaghfirullah. Mending
temanya Saya ganti jadi “Pejabat dari Kolong Jembatan menjadi Artis yang
bling-bling” atau “Pejabat yang tadinya Kodok Burik menjadi Pangeran William
Inggris” wkwkwkwk tema yang cukup mengagumkan untuk orang-orang sekelas
“pejabat”.
Saya katakan sekali lagi bahwa di dunia ini
itu tidak ada yang namanya “Orang Pinggiran”, karena pada asalnya Mereka
tinggal di pinggiran sungai atau di bawah kolong jembatan itu adalah pilihan,
pilihan yang mengharuskan Mereka antara hidup atau mati. Sadarlah Anda-anda
yang pernah mengatakan bahwa Orang Pinggiran itu kumuh, kotor, dan amoral. Yang
sebenarnya kumuh, kotor, dan amoral itu adalah orang tua Anda yang tidak dapat
mendidik Anda bagaimana caranya menghargai dan bertutur kata sopan kepada
saudara/i kita yang kurang mampu. Mereka tidak berhak di cemooh, yang
seharusnya diperlakukan seperti itu adalah orang-orang yang mengaku ingin
membantu sesama tapi pada akhirnya Mereka hanya memanfaatkan situasi dan
kondisi untuk mencari muka di hadapan para petinggi Negara. Banyak masyarakat
Kita yang pintar dan sangat berwawasan yang tinggal di luar negeri, tapi Mereka
tidak mau kembali lagi ke Indonesia .
Yaah menurut Saya itu wajar, untuk apa Kita tinggal di Negara ini jika tidak
ada yang mau menghormati hasil jerih payah Kita. Lebih baik tinggal di negeri
orang lain, tapi dihargai, dihormati, dan yang pasti dengan gaji yang lebih
besar daripada di Negara sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar