Minggu, 30 Maret 2014

Bumi Cinta (Part 7)

Pak Joko memarkir mobil Volga sederhana itu beberapa puluh meter saja dari sebuah komplek
pertokoan sederhana yang dipenuhi pedagang yang hampir semuanya berwajah Vietnam.
"Inilah pasar Vietnam. Ayo kita turun." Seru Pak Joko.
"Apa istimewanya pasar Vietnam Pak?"
"Inilah tempatnya membeli barang murah.
Hidup di luar negeri yang serba mahal harus pinter-pinter cari tempat berbelanja yang tepat.
Apalagi kita tidak sehari dua hari di Moskwa, jadi harus pandai-pandai menghemat. Di pasar ini
juga kita bisa mencari bumbu-bumbu dapur khas Asia, juga jenis sayuran yang langka seperti
kangkung, bayam, katuk dan lain-lain bisa kita cari di sini."
"Pakaian ada, Pak?"
"Lha itu, lihat, ada sandal, sepatu, pakaian. Kau perlu beli pakaian musim dingin lagi. Kelihatannya yang kau pakai itu yang diberi sama Pak Adi ya. Tidak diganti-ganti."
"Yang bagian luar memang tidak pernah saya ganti Pak. Sebab adanya ini. Tapi yang dalam
pasti saya ganti."
"Ya kau beli lagi, ya satu lagi lah semua item, biar ada ganti."
"Baik Pak. Di sini boleh nawar Pak?"
"Harus. Ini kayak Bringharjo Jogja atau pasar Johar Semarang. Harus nawar semurahmurahnya.
Yang pinter nawar dia akan dapat murah. Yang tidak bisa nawar ya bisa kemahalan. Nanti aku bantu nawar."
Pak Joko membawa Ayyas ke toko penjual pakaian. Ayyas memilih-milih pakaian yang cocok ukuran, warna, dan modelnya. Akhirnya dia menemukan yang cocok di antara sekian banyak
yang tidak cocok.
Ayyas mengambil sepasang pakaian monyet atau pakaian hanoman dari katun yang lengan
dan kakinya ia rasa pas. Ia juga mengambil sepasang pakaian olahraga musim dingin yang ia
suka, juga sweeter, jas coklat kehitaman. Sepasang sepatu hangat yang akan terasa hangat di
kaki. Sepasang sarung tangan dari kulit yang halus. Satu palto, yaitu mantel besar berlapis
dengan krah berbulu. Dan topi hangat yang ada umbainya, yang disebut shapka, yarig bila cuaca
sangat dingin datang, umbai itu dapat diturunkan untuk menutupi kedua telinga dan tengkuk.
Setelah tawar menawar yang sengit dengan penjualnya, seorang lelaki Vietnam yang wajahnya
mirip Pol Pot, akhirnya Ayyas bisa membawa barang-barang yang dipilihnya itu dengan harga sangat miring. Itu semua karena jasa Pak Joko. Ayyas harus mengagumi kehebatan Pak Joko dalam hal bernegosiasi dengan pedagang Vietnam itu. Pak Joko bisa membeli barang-barang itu hanya dengan membayar sepertiga saja dari harga yang ditawarkan.
Setelah itu Pak Joko membawa Ayyas memasuki daerah sayur mayur. Pak Joko membeli beberapa ikat kangkung, bayem, satu kilo bawang bombay, setengah kilo bawang putih, dan
bumbu-bumbu dari Vietnam, setelah itu ia menuju ke penjual ikan segar.
"Lelaki berjenggot putih itu namanya Osmanov. Dia Muslim, keturunan Kirgishtan. Apartemennya satu gedung dengan saya." Ujar Pak Joko memberitahu Ayyas.
"Sudah agak tua ya Pak kelihatannya?"
"Coba tebak berapa umurnya?"
"Enam puluh lima mungkin Pak."
"Dia nampak lebih muda dari umurnya. Ia sebenarnya sudah berumur tujuh puluh lima. Tapi
masih segar. Berjalan masih tegak."
"Mungkin, karena banyak makan ikan Pak."
"Mungkin. Tetapi yang pasti dia dulu seorang atlet. Dia seorang pelari cepat. Dia katanya pernah
ikut perlombaan atletik di Moskwa ini tahun enam puluhan. Itulah awalnya dia ke Moskwa.
Ketika ikut perlombaan itu, ia berkenalan dengan seorang gadis Moskwa di sebuah restoran. Ia
jatuh cinta pada gadis itu, menikah dengannya dan tinggal di Moskwa ini. Ternyata istrinya itu
perempuan tidak benar. Istrinya kabur membawa semua harta miliknya dengan pacar gelapnya.
Dan dia jatuh miskin. Dia mau kembali ke Kirgishtan malu. Dia tetap bertahan di sini dengan
jualan ikan."
"Kisahnya menyedihkan betul Pak."
"Ya begitulah hidup. Tapi dia sungguh lelaki yang baik hati dan sabar."
Pak Joko melambaikan tangannya kepada seorang pria berjenggot putih berwajah Asia Tengah. Lelaki tua itu melihat ke arahnya, dan serta merta melambaikan tangannya dan tersenyum.
"Kak Dela?' Sapa Pak Joko ramah.
"Ya Vso Kharashor Jawab lelaki tua itu dengan senyum mengembang.
"Ini kenalkan, adik saya, namanya Muhammad Ayyas." Kata Pak Joko memperkenalkan Ayyas.
"Ah senang bertemu kamu. Nama saya Osmanov. Lengkapnya Osmanov Aytugan Aslanov." Sahut Osmanov.
"Vi Muslimari! (Anda Muslim?)” Tanya Ayyas, meskipun ia tahu bahwa lelaki tua itu seorang
Muslim.
"Da (Ya)."
"Namas sitali? (Anda mengerjakan shalat?)"
"Nyet.(tidak)" Jawab Osmanov dengan raut muka berubah.
"Nyet?” Ayyas heran, lelaki tua itu mengaku Islam tapi dia tidak shalat. Sebelum Osmanov
menjawab, Pak Joko lebih dulu memotong,
"Tetanggaku, kau punya ikan lele yang segar?"
"Sayang sekali, kau datang terlambat." Jawab Osmanov. "Lihatlah sudah hampir habis semuanya, ini tinggal tersisa ikan Leshch yang ditangkap dari danau Ilmen, masih segar. Ini gurih. Bisa kau buat sup ukha juga. Kau goreng juga enak."
"Masih berapa kilo itu?"
"Kalau semua paling sekitar empat kilo."
"Baik aku ambil semua."
Osmanov dengan cekatan memasukkan puluhan ikan Leshch yang masih segar ke dalam
kantong plastik, lalu mengikat dan merangkapinya dengan plastik kedua setelah itu
menyerahkannya kepada Pak Joko dengan tanpa ditimbang.
"Kenapa tidak ditimbang, Osmanov?"
"Tidak perlu. Ini semua besplatna Hadiah untukmu."
"O jangan Osmanov, jangan begitu, kau nanti rugi."
"Tidak. Hari ini aku sudah untung banyak. Sudah terimalah, besplatna (Jangan kau tolak),
nanti aku sedih!" Pinta Osmanov dengan sungguh-sungguh.
Mau tidak mau Pak Joko mengikuti kemauan lelaki tua itu. Ia membawa bungkusan berisi ikan
itu dengan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
"Semoga Allah membalasmu dengan pahala yang melimpah, Osmanov."
"Ameen."

***


Anastasia Palazzo mondar-mandir di ruangan Profesor Tomskii. Ia ingin Ayyas datang tapi
tidak datang. Ayyas sudah mengirim sms kepadanya minta izin tidak datang karena ada urusan
di Kedutaan Republik Indonesia di Moskwa. Entah kenapa ia ingin bertemu pemuda itu setiap hari dan mengajaknya berdiskusi banyak hal.
Ia sangat senang saat pemuda itu bercerita banyak tentang desanya di Jawa. Tentang masa kecilnya. Tentang persawahan di Indonesia. Tentang Borobudur yang ia baru tahu termasuk
salah satu keajaiban dunia. Tentang pantai Parangtritis yang katanya indah. Tentang gunung
Merapi yang masih aktif yang terus mengeluarkan asap. Tentang air terjun Tawang Mangu
yang sangat jernih dan segar. Tentang dataran tinggi Ketep dan Dieng yang indah seumpama
tangga menuju langit.
Tentang berbagai jenis makanan Indonesia yang tiada duanya di dunia. Ayyas telah banyak
bercerita padanya tentang Indonesia. Entah kenapa ia merasa dekat dengan Indonesia. Dan
dari cerita Ayyas, negeri bernama Indonesia itu sepertinya begitu damai, indah dan makmur. Ia
ingin menengok negeri yang dibanggakan Ayyas itu.
"Bawalah tongkat dan tancapkan ke tanah Indonesia, maka tongkat itu akan tumbuh lalu
menerbitkan buah-buahan yang sangat enak, tidak ada duanya di dunia." Begitu kata Ayyas
suatu kali padanya. Betapa dahsyat tanah Indonesia; tongkat ditancapkan bisa menumbuhkan
buah-buahan. Alangkah menakjubkan!
Kali ini ia sungguh ingin Ayyas datang. Entah kenapa ia ingin bercerita kegundahan hatinya kepada Ayyas. Meskipun ibunya memberinya kebebasan menentukan jodohnya, tetapi ibunya
sangat berharap ia mau menikah dengan Boris Melnikov. Tadi pagi ia benar-benar kesal pada
ibunya, sampai terpaksa ia berbohong pada ibunya. Ini adalah satu-satunya kebohongan yang
ia lakukan pada ibunya. Sebelumnya ia sama sekali tidak berani bohong kepada ibunya.
Kepada orang lain ia pernah bohong, tetapi tidak kepada ibunya.
Bagaimana ia tidak kesal, bangun tidur ibunya meminta dirinya untuk mengantarkannya ke
rumah Boris Melnikov. Menurutnya, ibunya sudah mulai tidak benar cara berpikirnya. Ia selama
tinggal di Moskwa tidak pernah tahu alamat tempat tinggal Boris Melnikov, dan tidak pernah
ingin tahu. Ia tidak ingin berakrab-akrab dengan penjahat yang keji seperti Boris Melnikov.
Sekali berakrab-akrab, penjahat itu akan terus menempel, bahkan mencengkeram tidak mau lepas. Ini ibunya datang dan memintanya untuk menemaninya ke rumah Boris Melnikov, ibunya membawa alamat yang lengkap dan denah yang detil. Ia tahu itu pasti dari pamannya, ayah Boris Melnikov. Maka dengan sangat terpaksa ia berbohong pada ibunya.
Ia katakan pada ibunya bahwa dirinya harus ke kampus pagi-pagi sekali. Ada tugas yang tidak
mungkin ia tunda apalagi ia tinggalkan. Ia satu hari penuh ada banyak pekerjaan. Ada jadwal
mengajar, rapat dosen, rapat dengan senat mahasiswa dan bertemu tamu dari luar negeri. Ia
katakan kepada ibunya, ia akan pulang larut malam. Mendengar penjelasannya, ibunya memaklumi, dan ibunya langsung minta diantar ke stasiun antarkota. Ibunya ingin kembali lagi ke Novgorod, keluar dari apartemen bareng dengan Anastasia.
Tak ada pilihan lain bagi Anastasia kecuali memenuhi permintaan ibunya, meskipun Bibi
Krupina meminta ibunya tetap tinggal di Moskwa tiga atau empat hari lagi. Ia merasa lebih
aman ibunya segera pulang ke Novgorod, daripada ibunya meminta dirinya mendatangi rumah Boris Melnikov, atau ibunya nanti yang malah mengundang penjahat itu ke apartemennya.
Semuanya bisa kacau dan berantakan.
Jadilah sejak pagi-pagi sekali ia ada di kampus. Satu-satunya hal yang ia tidak bohong adalah dia ada jadwal mengajar. Dan berikutnya bisa dianggap bohong. O ya ada juga hal yang bisa dianggap tidak bohong, yaitu ia ada jadwal bertemu dengan tamu dari luar negeri. Tamu yang ia maksud adalah Ayyas. Tetapi ternyata Ayyas tidak datang.
Sebenarnya ia sangat bahagia ibunya datang. Tetapi permintaan ibunya yang membuat kebahagiaannya luntur seketika. Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan orang yang melihat bayangannya atau mendengar namanya saja ia merasa jijik bukan main. Ia sudah melihat dengan mata dan kepala sendiri bagaimana Boris Melnikov bermain perempuan.
Anastasia melihat jam dinding. Sebentar lagi malam tiba. Ia ingin menyegarkan pikirannya dan
melepas kejengkelannya yang masih menyesak di dada. Ia ingin menumpahkan isi hatinya pada seseorang.
Ia ingin ada seseorang yang bisa diajak bicara. Seandainya ayahnya masih ada, pastilah ia sudah bicara kepada ayahnya dan pastilah urusannya akan selesai begitu saja. Tapi ayahnya telah tiada.
Bibi Krupina? Ah, ia tahu Bibi Krupina adalah pengikut ibunya yang paling setia. Ia pasti akan
seia-sekata dengan ibunya. Bahkan ia sampai beranggapan, jika ibunya menerjunkan dirinya ke
neraka pastilah Bibi Krupina mengikutinya dengan tersenyum bahagia. Maka tidak ada gunanya
ia membicarakan masalah yang mengganjal di hatinya pada Bibi Krupina.
Kakak perempuan satu-satunya, kini hidup di Kanada dengan suaminya. Karena jarak umur yang cukup jauh, ia agak kurang akrab dengan kakaknya. Maka kepada siapa ia harus berbicara.
Sebenarnya jika Profesor Tomskii ada, ia bisa bicara padanya. Profesor Tomskii telah ia anggap
layaknya ayah sendiri. Tetapi Profesor Tomskii juga sedang berada di tempat yang sangat jauh, di Istanbul sana.
Ia merasa, yang bisa diajak bicara saat itu adalah Ayyas. Ya Ayyas. Tapi sungguh celaka, Ayyas tidak nampak batang hidungnya. Apakah ia harus meminta Ayyas untuk datang?
Ia bisa tidak tidur semalam suntuk jika tidak mendinginkan isi hatinya dengan dibagi pada orang
lain. Akhirnya dengan nekat, ia memanggil Ayyas dengan ponselnya. Saat itu Ayyas sedang
meluncur bersama Pak Joko dari pasar Vietnam menuju Smolenskaya.
"Hai kamu masih di Kedutaan?" Kata Anastasia.
"Tidak, saya baru mau sampai apartemen. Ada apa Doktor?"
"Aku perlu bantuanmu penting!"
"Bantuan apa Doktor?"
"Apartemenmu di mana? Aku jemput kamu saja."
"Apa benar-benar mendesak harus sekarang-sekarang ini Doktor?"
"Ya. Kalau tidak mendesak, aku tidak menghubungi kamu."
"Baiklah kalau begitu. Aku tinggal di depan The White House Residence, Panvilovsky Pereulok,
Smolenskaya."
"Aku tahu alamat itu. Aku meluncur ke sana.”
"Baiklah. Nanti kalau Doktor Anastasia sudah ada di depan The White House Residence, telpon
saya lagi. Saya langsung turun."
"Baik."
Wajah Doktor Anastasia Palazzo langsung cerah. Matanya berbinar-binar. Dan seperti anak
remaja ia menjerit kecil, "Yes!"

***


"Kau suka masakan Arab?" Tanya Anastasia Palazzo sambil mengendarai Toyota Pradonya.
"Suka. Aku lama tinggal di Arab." Jawab Ayyas yang duduk di samping Anastasia. Bau harum parfum Anastasia menyusup pelan ke hidungnya, dan ia tidak bisa menolaknya.
"Baik, kita ke restoran Arab paling enak di Moskwa. Profesor Tomskii sering menjamu tamu-tamunya dari Umur Tengah di situ."
Anastasia mengarahkan mobilnya ke kawasan Arbatskaya. Tak lama kemudian mobil itu sudah
menyusuri Novy Arbat Ulista. Mereka meluncur ke timur. Di perempatan sebelum masuk Vozdvizhenka Ulista mereka belok ke utara memasuki Nikitsky Bui. Anastasia memperlambat laju mobilnya. Didepan nampaklah restoran Sindibad's khas Libanon.
Desain interior restoran itu memadukan gaya Arab dan Rusia, jadilah sebuah restoran yang mewah dan anggun. Begitu Ayyas ada di dalam ruangan restoran itu, ia merasa tidak di Moskwa,
tapi ia merasa seperti di Libanon atau Syiria. Pengunjung restoran itu hampir semuanya berwajah
Arab. Bahkan perempuan-perempuan yang modis tanpa abaya itu adalah perempuan Libanon
yang molek.
Ayyas duduk di kursi kosong yang agak pojok, dekat dengan cermin kaca khas Arab. Anastasia duduk di depannya dengan menyungging senyum. Saat tersenyum wajah gadis blesteran Rusia-Italia itu seperti mawar yang merekah. Sedap dipandang. Ayyas melihat sekilas dengan dada berdebar, ia langsung menundukkan pandangan. Ayyas beristighfar berulang kali di dalam hati, ia merasa tidak pada tempatnya makan di restoran berduaan dengan Doktor Anastasia Palazzo. Tapi ia susah menolaknya.
Seorang pelayan lelaki bermuka Arab datang membawa daftar menu dan meletakkannya tepat di depan Ayyas. Tanpa melihat daftar menu Ayyas berkata pada pelayan,
"Indakum mandi? (Kalian punya mandi. Mandi adalah sebutan untuk daging kambing yang dimasak cara Yaman.)"
Pelayan Arab itu kaget, "Ei Enta bitakallim 'arabi? (Hei kamu ngomong bahasa Arab?)”
"Naam ana atakallam arabi. Na'am ya akhi, 'indakum mandi? (Ya saya ngomong bahasa Arab. 0 ya, Saudaraku, kamu punya mandi?)
"Na'am indana" (Ya kami punya)
Ayyas pesan satu piring mandi, lengkap dengan roti dan saladnya. Untuk minumnya ia pesan teh panas campur nina. Sedangkan Anastasia pesan sambosa, ayam panggang, nasi bukhari, salad, dan minumnya the panas campur susu.
Ayyas duduk dengan tangan disedekapkan di atas meja. Kedua matanya memandang ke meja,
sesekali ke jari jemari Doktor Anastasia yang putih dan lentik. Ia tidak berani mengangkat wajahnya. Sementara Doktor Anastasia memandangi sosok pemuda yang ada di depannya
dengan seksama. Pemuda itu menunduk. Rambutnya hitam legam sedikit ikal. Kulitnya khas
Asia Tenggara. Wajahnya biasa saja. Tidak jelek, tapi juga tidak tampan. Tapi perempuan manapun yang memandangnya niscaya akan jatuh hati.
"Maaf kalau ini mengganggu waktumu." Doktor Anastasia membuka percakapan.
"Jadi apa yang bisa saya bantu?" Tanya Ayyas.
"Kau mau menemaniku makan malam saja sudah sangat membantuku."
"Maaf, saya tidak paham maksud Doktor."
"Aku sedang dalam suasana hati sangat tidak nyaman. Aku perlu orang yang bisa aku ajak bicara. Aku tidak menemukannya saat ini kecuali kamu. Maaf, ini pasti jadi sangat mengganggumu. Tapi aku memang perlu orang yang bisa aku ajak bicara. Jadi cukuplah kau mau aku ajak makan bersama, terus kau mau mendengarkan aku bicara. Itu saja. Kau sudah sangat menolongku."
Ayyas menghela nafasnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Kata-kata Doktor Anastasia
Palazzo itu sangat melankolis. Ada saatnya memang manusia memerlukan orang lain untuk menampung keluh kesahnya. Ini mungkin yang dialami Doktor Anastasia.
Yang ia tidak habis pikir kenapa harus dirinya. Kenapa Doktor Anastasia tidak memercayakan keluarganya, kerabatnya atau orang yang lebih dikenalnya untuk mendengarkan keluh kesahnya. Ayyas merasa yang terbaik baginya adalah diam dan mendengarkan.
Dan ia harus terus membentengi hatinya untuk tidak tergelincir berhadapan dengan daya pikat
Anastasia sebagai perempuan muda dengan kecantikan tidak biasa. Ia kembali teringat nasihat
Kiai Lukman saat masih di pesantren dulu,
"Eling-elingo yo Ngger, endahe ivanojo iku sing dadi jalaran batale toponing poro santri lan satrio agung!"
"Aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus memilihmu untuk mendengarkan ceritaku. Yang jelas aku sangat percaya padamu. Bahwa kamu bisa menjaga apa yang harus dijaga. Dan aku percaya
kamu bisa memberi pendapat, jika merasa kamu perlu memberi pendapat."
"Saya akan berusaha menjaga kepercayaan itu sebaik yang saya mampu."
"Terima kasih. Tidak mudah mencari orang yang bisa dipercaya. Dan baiklah, sambil menunggu hidangan tersaji saya akan mulai bercerita."
Kata Doktor Anastasia seraya membetulkan letak duduknya. Perempuan muda jebolan Cambridge itu lalu menuturkan semua kegundahan dan kejengkelan hatinya. Ia menjelaskan
bagaimana ibunya datang dengan tibatiba, dan ia menyambutnya dengan bahagia. Sampai pada permintaan ibunya agar dirinya menikah dengan Boris Melnikov.
Anastasia kemudian menceritakan kejahatan-kejahatan dan kezaliman-kezaliman yang diperbuat
oleh Boris Melnikov selama ini. Ia menceritakan semuanya dengan runtut dan detil. Ayyas
mendengarkan dengan seksama. Ia tidak menyela satu kalimat pun ketika Anastasia berbicara.
Hidangan yang dipesan datang tepat saat Anastasia menyelesaikan ceritanya. Pelayan itu
meletakkan makanan yang masih mengepulkan asap satu per satu di atas meja. Perut Ayyas langsung bereaksi begitu hidungnya mencium mandi yang menerbitkan nafsu makannya.
"Menurutmu apa yang harus aku lakukan?" Tanya Anastasia sambil menggigit sambosa yang renyah.
"Menurutku masalah Doktor sangat remeh, bukan masalah besar?"
"Masalah yang remeh? Apa maksudmu?"
"Doktor hanya perlu menikah segera dengan lelaki yang Doktor pilih, maka masalah Doktor
selesai. Ibunda Doktor tidak akan meminta hal yang macam-macam dan si Boris Melnikov dan
keluarganya juga tidak akan macam-macam. Ibunda Doktor meminta Doktor menikah dengan
A atau B Atau C, itu karena melihat Doktor tidak juga menikah, dan belum memiliki pilihan yang jelas. Itu masalahnya."
"Jadi aku harus menikah?"
"Ya untuk kasus Doktor, saya katakan, menikahlah sebelum Anda dipaksa menikah!"
"Jadi begitu menurutmu?"
"Ya."
"Akan aku renungkan dan aku pertimbangkan." Gumam Doktor Anastasia.
Keduanya kemudian makan dengan khusyuk. Ayyas nampak begitu menikmati menu yang
dipesannya, demikian juga Anastasia. Sambil menikmati ayam panggang dan nasi bukharinya,
sesekali Anastasia melirik ke arah Ayyas. Sementara Ayyas menikmati mandi-nya dengan mata teduh tertunduk.
"Bagaimana dengan persiapan untuk seminar?"
"Biasa saja. Saya tidak perlu khawatir. Karena, pertama, saya hanyalah pembicara pengganti.
Kedua, bersama saya nanti ada Doktor Anastasia Palazzo, yang tak lain adalah pembimbing
saya. Jadi apa yang perlu saya khawatirkan, kalau saya nanti salah bicara kan ada pembimbing saya, dia pasti akan membetulkan."
"Kamu selalu saja menemukan bahan untuk bicara."
"Asal Doktor tidak kesal saja."
"Ah tidak, aku justru senang."

***


OIga Nikolayenko terus memaksa Yelena untuk kembali bekerja di dunia gelap Tveskaya.
Yelena berpura-pura mengiyakan, hanya saja ia minta cuti dulu karena harus benar-benar memulihkan kesehatannya. Sebenarnya Yelena sedang mengulur waktu untuk berpikir jalan mana yang terbaik untuk ditempuhnya.  Karena berpikir sendiri dan dipendam seorang diri Yelena tidak menemukan jalan terang yang ia harapkan.
Nekat melawan Olga Nikolayenko sama saja bunuh diri. Dan lari meninggalkan Moskwa, ia
belum menemukan tempat yang benar-benar ia rasa aman. Apalagi Olga Nikolayenko juga punya jaringan di beberapa kota. Jika ia bernegosiasi baik-baik ingin berhenti, kemungkinan besar Olga akan memerasnya dengan semena-mena. Ia akan memerasnya sejadi-jadinya dan melepaskan dirinya dalam keadaan miskin, dan diharapkan akan kembali lagi kepada Olga ketika memerlukan uang.
Yelena akhirnya mengambil keputusan untuk meminta pendapat kepada teman satu apartemen,
yaitu Linor dan Ayyas.
Siapa tahu Linor memiliki ide yang cemerlang, dan Ayyas siapa tahu punya saran yang bisa
membuatnya menapaki jalan keluar yang lapang. Maka pagi itu kira-kira jam setengah delapan
ia mengetuk pintu kamar Ayyas dan Linor. Keduanya keluar dari kamar masing-masing dalam
keadaan telah rapi. Ayyas nampak segar. Dan Linor nampak lebih bugar.
"Bibi Margareta mana?" Tanya Ayyas.
"Dia masih tidur. Biarkan saja." Jawab Yelena.
"Kau sudah benar-benar pulih?" Tanya Linor.
"Sudah. Tapi kini aku menghadapi ancaman serius. Aku mau minta pendapat kalian."
"Ancaman bagaimana?" Linor penasaran.
"Baiklah, aku jelaskan. Tapi aku minta padamu Linor. Agar apa yang kau dengar ini tidak kau tulis di koran. Jujur saja profesiku selama ini, kalian mungkin sudah tahu baik langsung maupun tidak langsung, adalah menjual diri, melayani para hidung belang dari kalangan atas.
Selama ini ada manajemen rapi yang mengatur semuanya. Manajemen itu di bawah control seorang perempuan Rusia berdarah Ukraina, namanya Olga Nikolayenko. Dia seorang perempuan tangan besi yang jelita. Dia memiliki kekuataan yang tak bisa diremehkan. Di belakangnya ada suaminya yang tak lain adalah seorang gembong Mafia yang ditakuti di Moskwa ini.
Yang kemarin ingin membunuhku adalah tiga orang klien yang dibawa oleh Olga. Seharusnya
dia langsung mengusut tiga orang itu dan membinasakan mereka. Tetapi hal itu kelihatannya tidak dilakukan oleh Olga. Entah kenapa?
Setelah peristiwa kemarin aku ingin berhenti dari pekerjaan yang tidak menenteramkan hati
itu. Saya ingin bekerja yang normal saja, meskipun mungkin pendapatannya tidak sebesar
sebelumnya. Saya sudah berniat kuat berhenti. Tetapi masalahnya Olga Nikolayenko meminta
saya untuk segera kembali datang ke Tverskaya, untuk kembali bekerja padanya. Saya sudah mengulur waktu beberapa hari. Dan Olga Nikolayenko sudah mulai mengancam, ia akan menjemputku kalau aku tidak datang dalam tiga hari ke depan.
Aku minta saran pada kalian, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku sebaiknya bertahan, dan meminta perlindungan polisi? Ataukah aku lari saja dari sini sejauh-jauhnya, tapi ke mana? Olga Nikolayenko juga memiliki jaringan di hampir seluruh kota besar di Rusia. Aku tidak tahu harus bagaimana?"
Yelena bercerita dengan berlinang airmata. Ayyas mendengarkan dengan hati iba. Dan Linor
yang biasanya dingin dan tidak mudah kasihan, kali ini dia agak tersentuh. Ia bisa membayangkan betapa menderitanya Yelena selama ini.
Kelihatannya dia ceria, hidup glamour dan mewah. Tetapi sesungguhnya ia bagai binatang piaraan Olga Nikolayenko. Dan Yelena tidak bisa berbuat sekehendak hatinya. Ia harus mengikuti aturan main yang dibuat Olga. Yelena tidak berbeda dengan sapi perah yang terus diperah segala-galanya; susunya, keringatnya, darahnya, dan dagingnya oleh Olga Nikolayenko.
"Terkadang hidup dengan suasana baru adalah pilihan yang baik. Menurutku, Yelena bisa hidup
baru dengan suasana yang samasekali baru, di tempat yang samasekali baru. Carilah tempat baru yang paling aman di Rusia ini. Ini pendapatku." Ayyas memberi masukan.
"Saya belum punya usul apa-apa. Tapi saya akan berusaha membantu Yelena." Ucap Linor singkat.
"Ini memang tidak mudah. Saya akan berusaha mencari jalan keluar. Terima kasih atas masukan dan dukungan kalian."
Lirih Yelena sambil mengusap kedua matanya yang berkaca-kaca.
"Maaf Yelena, saya harus kembali ke kamar. Saya harus mempersiapkan diri untuk menjadi
pembicara seminar nanti. Percayalah kamu kepada Tuhan, dan biarlah Tuhan yang menolongmu."
Ayyas bangkit kembali ke kamarnya.
"Ya. Spasiba balshoi."
Sebenarnya Linor langsung memiliki rancangan untuk menyelamatkan Yelena dari penindasan Olga Nikolayenko dan suaminya, tetapi ia tidak mungkin menjelaskan ketika Ayyas masih ada di situ. Maka begitu Ayyas masuk ke dalam kamarnya, dan ia merasa yakin aman menjelaskan rencananya kepada Yelena, ia langsung berbisik pada Yelena,
"Aku punya jalan keluar untukmu. Tapi tidak ada yang boleh tahu kecuali aku dan kau. Kau
mau?"
Yelena mengangguk.
"Kau tahu lelaki yang dihajar Ayyas tempo hari, yang membikin onar di sini?" Tetap dengan
berbisik.
"Ya. Yang katamu namanya Sergei itu?" Yelena ikut berbisik.
"Benar. Namanya Sergei Gadotov. Kau tahu siapa dia?"
"Katamu dia anggota mafia Voykovskaya Bratva."
"Benar. Kau tahu apa yang terjadi padanya sebenarnya?"
"Tidak."
"Dia sudah mati beberapa jam setelah dilumpuhkan Ayyas."
"Jadi Ayyas yang membunuhnya."
"Bisa jadi itu akibat berkelahi dengan Ayyas. Tapi tidak ada yang tahu kalau ia sudah mati,
kecuali aku, dan kini kau."
"Kawan-kawannya apa tidak mencari dia?"
"Pasti. Mereka sekarang sedang mencari dia. Boris Melnikov, Ketua Voykovskaya Bratva
sedang marah besar. Ia yakin Sergei sudah mati dibunuh, dan sekarang ia sedang mencurigai banyak orang sebagai pembunuh Sergei. Ia sangat sayang kepada Sergei karena Sergei adalah tangan kanan sekaligus calon adik iparnya."
"Kau termasuk yang dicurigai?"
"Pasti. Karena ada yang melihatku bersama Sergei. Tapi aku bisa mematahkan segala tuduhan
mereka. Mereka tidak punya cukup bukti untuk menganggap aku sebagai pembunuh Sergei."
"Terus hubungannya Sergei dengan masalahku apa?"
"Kalau kau mau sedikit bekerja, dan berhasil. Kau bisa tetap tinggal di Moskwa ini dengan
tenang dan nyaman. Tidak akan lagi diganggu oleh Olga Nikolayenko dan suaminya."
"Bekerja apa? Aku tidak paham maksudmu."
"Begini. Sergei Gadotov sudah mati. Aku yang membuang mayatnya jauh di pinggir kota. Aku sudah bakar semua barang yang melekat padanya dan menggantinya dengan pakaian yang lain. Identitasnya akan kabur. Tetapi aku masih membawa ponsel milik Sergei Gadotov. Kalau
kau mau hidup nyaman. Kau binasakan saja Olga Nikolayenko dan suaminya itu dengan tangan
baja Boris Melnikov."
"Caranya?"
"Mudah sekali. Tetapi kau harus benar-benar hati-hati dan berhasil. Jika tidak, nyawamu bisa
terancam. Kau bawa ponsel Sergei Gadotov, dan kau letakkan di rumah atau di mobil Olga
Nikolayenko. Letakkan di tempat yang tidak diketahui mereka. Boris Melnikov akan tahu keberadaan ponsel itu, dan dia akan langsung berkesimpulan, bahwa Olga Nikolayenko dan
suaminya yang membunuh calon adik iparnya. Boris pasti membuat perhitungan. Jika itu terjadi,
kemungkinan besar Boris yang. akan menang. Dan kau akan merdeka, jika Olga Nikolayenko
dan suaminya binasa. Bagaimana?"
"Bagaimana Boris Melnikov akan yakin Olga Nikolayenko sebagai pembunuh Sergei hanya
dengan adanya ponsel?"
"Yang penting, ponsel itu harus ada di mobil atau rumah Olga Nikolayenko. Dan harus ada di
sana saat Boris Melnikov memeriksanya. Itu saja. Yang lain biar aku yang ngurus. Paham?"
"Baik. Aku siap bekerja. Biarlah orang jahat berperang dengan orang jahat."
"Tapi ingat, apa pun yang terjadi ini cuma kita berdua yang tahu. Kau harus bersumpah untuk
tidak membuka mulut kepada siapa pun. Jika kau gagal pun kau harus tutup mulut, jangan sekali-kali menyebut namaku. Sekarang bersumpahlah."
"Aku bersumpah, dengan seluruh darah dan nyawaku!"
"Baik. Kapan kau siap bekerja?"
"Besok." Mantap Yelena dengan berbisik.
"Bagus!" Mata Linor berbinar.
Pintu kamar Yelena tiba-tiba terbuka pelan-pelan. Seorang perempuan tua bertubuh gemuk
keluar sambil mengucek mata. Ia lalu membuka mulutnya lebar-lebar dan menguap seenaknya.
"Hoh, kalian sudah bangun semua. Tapi kalian tidak membuat teh panas ya? Mau Bibi buatkan
teh?" Kata perempuan tua itu yang tak lain adalan Bibi Margareta.
"Mau Bibi." Sahut Yelena.
"Wah enak juga ada Bibi Margareta, ada yang membuatkan teh. Ada yang bisa dimintai tolong
membelikan sesuatu."
"Iya, apalagi Bibi Margareta itu orangnya tulus dan jujur."
"Berarti kau beruntung bertemu dengannya."
"Ya, sangat beruntung. Aku masih bisa bernafas ini juga di antaranya karena pertolongan dia."

Salah satu tanda sukses di akhir perjalanan adalah kembali kepada Allah di awal perjalanan.
Petuah indah Ibnu Athaillah itu senantiasa terngiang-ngiang di relung-relung hati Muhammad Ayyas setiap pagi. Juga pagi itu, setelah ia mandi dan berpakaian rapi serta siap berangkat ke kampus MGU, ia kembali teringat kalimat indah Ibnu Athaillah yang sangat dahsyat makna dan maksudnya. "Min alamatin nujhifin ni-hayati ar rujuu ilallahi fil bidayati." Begitu kalimat
aslinya dalam bahasa Arab.
Ia ingat betul bagaimana Kiai Lukman Hakim menjelaskan maksud petuah Ibnu Athaillah As
Sakandari itu,
"Bagi seorang yang mencari ridha Allah, ada permulaan atau bidayah dan ada akhiran atau nihayah. Permulaan orang yang mencari ridha Allah adalah perjalanannya menapaki kehidupan,
dan akhirannya adalah sampainya di hadapan Allah. Apabila sejak awal langkahnya memulai
perjalanan, orang itu sudah benar-benar kembali kepada Allah, berjalan menuju Allah dengan total maka peluang suksesnya untuk sampai kepada ridha Allah sangat besar. Sebab Allah pasti menolongnya sejak ia memulai langkahnya. Allah akan menjaganya untuk tidak terputus dan jatuh di tengah jalan. Akan tetapi jika di awal langkahnya ia tidak kembali kepada Allah, tidak
meminta pertolongan Allah, ia akan terlempar kembali ke tempat ia memulai perjalanan, dan ia
tidak akan sampai kepada Allah. Seorang ulama yang hatinya diterangi cahaya Allah mengatakan, 'Siapa yang mengira dirinya bisa sampai kepada Allah dengan pengantar selain Allah, maka Allah memutus perjalanannya. Dan barang siapa beribadah dengan mengandalkan kekuatannya sendiri, maka Allah menyerahkan urusan ibadahnya kepada kekuatannya, Allah tidak akan menolongnya'."
Ayyas berusaha untuk kembali kepada Allah, menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah
setiap kali memulai aktivitas apa saja. Ia merasa dirinya lemah tiada berdaya, yang memberinya
kekuatan adalah Allah, yang memberinya kemampuan berpikir juga Allah, dan yang menjaganya
dari segala yang tidak baik adalah Allah. Allah. Allah. Allah. Semuanya adalah milik Allah, dan bakal kembali kepada Allah.
Pagi itu setelah merasa rapi semua dan siap, Ayyas menundukkan wajahnya di hadapan Allah.
Ia mengagungkan nama Allah. Ia tegakkan shalat Dhuha. Ia rukuk dan sujud kepada Allah.
Airmatanya menetes ke lantai kamarnya, saat dirinya tersungkur sujud kepada Allah Yang Maha
Kuasa.
Setelah itu ia membuka kamarnya dan siap berangkat.

Di ruang tamu, Yelena dan Linor masih asyik berbincang-bincang sambil minum teh panas.
Bibi Margareta nampak sibuk membuat omelet di dapur.
"Pagi sekali kau berangkat. Minumlah teh dulu, biar tubuhmu hangat." Ujar Yelena sambil
menyeruput teh panasnya.
"Iya. Itu Bibi Margareta sedang membuat omelet. Teh hangat dan sepotong omelet, saya pikir
bagus untuk mengisi perut." Sahut Linor
"Kalian ada kesibukan hari ini?" Tukas Ayyas.
"Aku tidak ada kesibukan apa-apa. Paling tidur-tiduran saja." Jawab Yelena.
"Kalau aku sebenarnya libur, tapi mungkin aku ingin ke GUM beli sesuatu, tapi tidak begitu
penting. Ada apa?" Kata Linor.
"Hari ini aku jadi pembicara seminar di Fakultas Kedokteran MGU. Bagaimana kalau sekali-kali
kalian ikut seminar. Ini seminarnya agak menarik, temanya, 'Tuhan Bagi Manusia di Era
Modern.' Ya paling tidak melihat aku jadi pembicara berdampingan dengan para doktor dan profesor. Bagaimana?"
"Em bagaimana ya?" Yelena mengerutkan keningnya.
"Em boleh juga! Biar otakku tidak beku. Siapa tahu dari seminar itu ada yang bisa aku tulis jadi
berita. Baik aku ikut." Sahut Linor.
"Baik. Kalau Linor ikut, aku ikut juga." Ucap Yelena sambil memandang ke arah Ayyas.
"Kalau begitu kita berangkat bersama. Aku ikut minum teh dan mengganjal perut dengan
omelet dulu."
"Selesai menyantap omelet, kami bersiap-siap dulu. Dan kautunggu kami sebentar. Kita berangkat pakai mobilku saja." Hari itu entah kenapa Linor tidak sedingin biasanya. Ia agak
sedikit membuka diri dan cair.
Bibi Margareta datang membawa dua piring kecil berisi omelet. Yang satu untuk Yelena dan
yang satu untuk Linor.
"Bibi tolong buatkan satu lagi untuk Ayyas." Pinta Yelena.
"Baik. Dengan senang hati." Jawab Bibi Margareta dengan mata berbinar.

***


BMW SUV X5 hitam berjalan perlahan meninggalkan Panvilovsky Pereulok. Mobil itu meluncur ke selatan melalui jalan lingkar Sadovoe Koltsoe. Lalu masuk ke Rossolimo Ulista, kemudian belok kiri ke Kholzunova Pereulok. Melewati kawasan Fruzenskaya, dan terus ke selatan. Sampai akhirnya mendekati kampus MGU.
"Ini kali pertama kita jalan bertiga. Entah kenapa aku merasa senang dengan kebersamaan
seperti ini. Seperti sebuah keluarga." Ujar Yelena sambil memandang ke depan. Ke jalan yang halus, yang kanan kirinya seperti dibungkus salju. Yelena duduk di depan di samping Linor yang mengemudikan mobil. Sementara Ayyas duduk di belakang sendirian.
"Benar kau tidak punya keluarga?" Tanya Ayyas pada Yelena.
"Dulu punya, tapi sekarang tidak. Nantilah aku ceritakan. Kalau cerita sekarang waktunya tidak akan cukup, sebentar lagi kita sampai di pelataran kampus."
Mobil SUV hitam itu terus maju dengan tenang. Lima menit kemudian sudah memasuki gerbang
belakang MGU. Seorang petugas keamanan datang memeriksa. Ayyas menunjukkan kartu visiting felbw-nya. Petugas itu mempersilakan masuk.
Begitu turun dari mobil, Ayyas mengontak Doktor Anastasia Palazzo, memberitahukan kalau dirinya langsung ke Fakultas Kedokteran, tidak mampir ke ruangan Profesor Tomskii seperti yang disepakati.
Mereka bergegas ke auditorium utama Fakultas Kedokteran, tempat di mana seminar diadakan. Puluhan orang sudah datang, tetapi semua pembicara belum datang kecuali Ayyas. Yelena melihat pamflet yang ditempel di papan pengumuman, ia menjerit lirih,
"Wah pembicaranya ada Victor Murasov. Pasti nanti seru seminarnya. Tapi nama Ayyas sama sekali tidak tercantum di sini?
"Aku sebenarnya cuma pengganti salah satu pembicara yang tidak datang. Coba saja kita lihat
di background itu!" Ayyas menunjuk ke panggung utama para pembicara, namanya tertulis di sana meskipun paling bawah sendiri.
"O ya itu namamu." Ujar Yelena.
"Kita menunggu di sini berdiri seperti patung penjaga gedung ini, atau bagaimana?" Tanya Linor sambil melirik Ayyas.
"Kita menunggu di stolovaya Fakultas Kedokteran saja. Pasti tidak jauh dari sini. Biar aku yang traktir, sebab aku yang mengajak kalian. Begitu, baik?" Ayyas tahu diri.
"Sangat baik." Jawab Yelena dan Linor hampir bersamaan. Mereka bertiga lantas bergegas mencari stolovaya.
Tidak sampai sepuluh menit mereka sudah duduk di stolovaya Fakultas Kedokteran. Beberapa
kursi telah terisi mahasiswa dan mahasiswi.
Mereka mengambil tempat duduk tak jauh dari kasir. Penampilan Yelena dan Linor tak berbeda
dengan mahasiswi. Linorlah yang mengatur penampilan Yelena sehingga tidak berbeda dengan
mahasiswi. Keduanya juga membawa tas ransel kecil layaknya mahasiswi. Linor mengeluarkan
buku saku yang tak lain adalah sebuah novel karya Ian Fleming berjudul From Russia with
Love. Yelena mengeluarkan kumpulan cerita pendek yang ditulis Leo Tolstoy berjudul Sevastopol Sketches. Buku yang dipegang Yelena itu sebenarnya milik Linor juga.
"Kenapa tidak ada petugas stolovaya yang menghampiri kita?" Yelena merasa heran. Ia sudah duduk beberapa saat tapi masih tidak dipedulikan oleh petugas stolovaya.
Ayyas tersenyum mendengar kata-kata Yelena itu. "Kalian sudah lama tidak ke stolovaya kampus ya. Di sini kita mengambil makanan sendiri lalu dibayar di kasir itu."
"Kau benar. Aku sudah lupa!" Jerit Yelena sambil meletakkan telapak tangannya ke keningnya.
"Aku juga lupa." Sahut Linor.
Mereka bertiga lalu mengambil menu yang mereka inginkan. Mereka lalu makan sambil berbincang-bincang.
"Pagi ini kita banyak makan." Kata Yelena.
"Bersyukurlah kepada Allah yang masih memberikan kita rezeki dan kehidupan." Sahut Ayyas.
"Yelena tidak percaya pada Tuhan." Lirih Linor.
"Aku masih merenung. Aku masih perlu waktu untuk percaya lagi kepada Tuhan." Ujar Yelena.
"Aku sangat heran pada orang yang hatinya telah jadi batu. Dalam keadaan sekarat ia ditolong
oleh Tuhan, diberi kesempatan hidup, masih juga tidak percaya kepada Tuhan!" Sahut Ayyas
dengan suara agak keras.
"Yang kau maksud itu aku?" Kata Yelena.
"Siapa lagi? Jawablah dengan jujur Yelena, ketika kau dalam keadaan kritis, dalam keadaan
sekarat hampir mati saat itu. Apa yang kau ingat? Siapa yang kau sebut namanya untuk kau mintai pertolongan? Jawablah dengan jujur, Yelena!"
Yelena terdiam. Wajahnya berubah. Tubuhnya bergetar. Ia teringat saat ia sekarat tiada berdaya
apa-apa, dan saat itu ia merasa nyawanya sudah sampai di tenggorokan mau melayang. Ia
menyebut-nyebut Tuhan. Ia minta tolong kepada Tuhan. Mata Yelena berkaca-kaca. Tapi mulutnya bungkam tidak bicara.
"Kenapa kau diam saja Yelena? Jawablah dengan jujur, sekali lagi dengan jujur di saat kau sangat terpepet, sangat tidak berdaya, sangat kritis dan hampir mati, siapa yang kau ingat? Siapa
yang kau sebut-sebut?"
Tanpa sadar Yelena menjawab terbata,
"Tu..han!"
"Subhanallah! Tuhan yang kau sebut. Jadi hati kecilmu dan nuranimu yang paling dalam percaya
kepada Tuhan, tersambung dengan Tuhan. Bagaimana mungkin kau tetap keras kepala mengingkarinya. Apa itu tidak berarti hati dan akal pikiranmu telah mati?
"Aku tidak tahu."
"Semua manusia yang paling anti kepada Tuhan sekalipun ketika dia dalam keadaan sangat
kritis ia tetap ingat kepada Tuhan. Bahkan Fir'aun yang mengaku Tuhan sekalipun ketika ia mau
mati karena tenggelam di Laut Merah ia tetap menyebut-nyebut Tuhan. Kau boleh ingkar kepada
Tuhan, tapi keingkaranmu pasti berujung sia-sia belaka. Hati nuranimu tidak pernah mengingkari
adanya Tuhan. Dan aku melihat sendiri bagaimana Tuhan menolong nyawamu.
Kau harus tahu, begitu kau aku bawa ke rumah sakit dan dokter yang bertugas di bagian gawat darurat memeriksamu, dokter itu berkata padamu, 'Hanya mukjizat yang bisa menyelamatkannya. Mukjizat itu datangnya dari Tuhan. Dan kau kini selamat
berarti Tuhan telah mengulurkan tangan pertolongan-Nya kepadamu."
Airmata Yelena perlahan meleleh.
"Setiap saat Tuhan membelai kita, menjaga kita dan menolong kita tapi kita sering tidak menyadarinya. Kalau boleh saya mau bercerita." Sambung Ayyas.
"Boleh saja." Kata Linor.
"Baik." Lanjut Ayyas, "Ibnu Qudamah dalam salah satu karyanya berjudul At Tawwabin, menuturkan sebuah kisah menarik tentang kasih sayang dan pertolongan Tuhan. Ibnu Qudamah
menyitir kesaksian orang yang mengalami kejadian nyata yang menakjubkan. Orang itu bernama Yusuf bin Husain. Dia menuturkan kisahnya:
Pernah suatu ketika aku bersama Dzun Nun Al Mishri berada di tepian sebuah anak sungai.
Aku melihat seekor kalajengking besar di tempat itu. Tiba-tiba ada seekor katak muncul ke permukaan, dan kalajengking itu kemudian naik di atas punggungnya. Kemudian sang katak itu berenang menyeberangi sungai. Dzun Nun Al Mishri berkata, Ada yang aneh dengan kalajengking itu, mari kita ikuti dia!'
Maka kami lantas menyeberang mengikuti kalajengking yang digendong katak itu. Kami
terperanjat ketika menjumpai seseorang tertidur di tepian sungai yang nampaknya habis mabuk. Dan di sampingnya ada sesekor ular yang mulai menjalar dari pusar kemudian ke dadanya, kiranya ular tersebut hendak menggigit telinganya.
Kami lalu menyaksikan kejadian yang luar biasa. Kalajengking itu tiba-tiba melompat secepat kilat ke tubuh ular itu dan menyengat ular itu sejadi-jadinya, hingga sang ular menggeliat-geliat
dan terkoyak-koyak tubuhnya.
Dzun Nun lalu membangunkan anak muda yang habis mabuk itu. Sesaat kemudian anak muda itu terjaga. Dzun Nun berkata, 'Hai anak muda, lihatlah betapa besar kasih saying Allah yang telah menyelamatkan-Mu. Lihatlah kalajengking yang diutus-Nya untuk membinasakan ular yang hendak membunuhmu!'
Lalu Dzun Nun melanjutkan nasihatnya, 'Hai orang yang terlena, padahal Tuhan menjaga dari
marabahaya yang merayap di kala gulita. Sungguh aneh, mata manusia mampu terlelap meninggalkan Tuhan Yang Kuasa, yang melimpahinya berbagai nikmat.'
Setelah itu pemabuk itu berkata, 'Duhai Tuhanku, betapa agung kasih sayang-Mu sekalipun terhadap diriku yang durhaka kepada-Mu. Jika demikian, bagaimana dengan kasih sayang-Mu kepada orang yang selalu taat kepada-Mu?'
Pemuda pemabuk itu lalu meniti jalan menuju Allah. Ia seringkali menangis setiap kali teringat masa lalunya yang sia-sia. Ia terus meniti jalan Allah yang lurus, jalan untuk orang-orang yang diberi nikmat sejati oleh Allah."
Ayyas berhenti sejenak, ia mengambil cangkir teh panasnya dan menyeruputnya beberapa kali,
lalu kembali berkata,
"Kisah kalajengking yang diutus oleh Allah sesungguhnya bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Termasuk pada diri kita. Mungkin kita tidak menyadari, Allah telah mengutus 'kalajengking' untuk menyelamatkan kita dari bahaya ular' yang hendak membinasakan kita.
Kalajengking penyelamat itu bisa berbentuk hal yang bermacam-macam, dan ular yang hendak membinasakan kita juga bentuknya bermacam-macam. Bahaya itu bisa jadi misalnya berupa hutang yang menumpuk, yang sangat mengancam, yang siap membinasakan.
Terkadang orang yang memiliki hutang menumpuk malah terlena dan sama sekali tidak sadar
kalau dia sedang dililit oleh ular yang sangat besar. Persis seperti pemuda mabuk tadi. Atau ia
sadar dililit ular besar dan pasrah sepenuhnya siap untuk binasa, sebab sudah tidak bisa berbuat
apa-apa.
Dalam kondisi kritis, berulang kali Allah menjaga hamba-Nya. Orang yang hutangnya menumpuk itu diberi jalan keluar oleh Allah. Berbagai macam caranya Allah mengirimkan
‘kalajengking' penyelamat itu. Bisa jadi ada teman lama yang mendengar beritanya dan berkenan
membantu menyelesaikan hutang-hutangnya. Bisa jadi Allah membukakan pintu bisnis yang
baru. Yang dengan itu ia bangkit lagi, bisa melunasi hutangnya dan kembali hidup sentosa. Ada
bermacam-macam sebab, tetapi pada intinya Allah lah yang mengatur semuanya.
Cobalah sejenak kita ingat-ingat sejarah perjalanan hidup kita. Berapa kali sudah Allah mengirimkan kalajengking yang menyelamatkan hidup kita? Berapa kali sudah Allah menolong
kita dalam kesusahan dan kesempitan yang mendera? Kalau kita jujur, pastilah berkali-kali. Bahkan kalau kita jujur, setiap saat Allah melindungi kita dalam perlindungan yang kita
tidak menyadarinya.
Kita tidak sadar bahwa setiap detik Allah membersihkan darah kita dari berbagai jenis racun yang mematikan. Allah lah yang mengatur pembersihan darah itu dengan membuatkan pabrik
yang memproduksi zat kimia alami untuk membersihkan darah. Pabrik itu bekerja dua puluh
empat jam tanpa henti. Dan kita sama sekali tidak menyadarinya, atau kita malah ada yang
tidak mengetahuinya. Tapi dunia medis telah menjelaskan semua.
Di dalam tubuh kita, menurut keterangan ilmu medis, Allah membuat satu pabrik ajaib yang namanya hati. Hati bisa disebut organ terbesar dalam tubuh manusia dengan berat sekitar 1,5 kg. Fungsinya sangat banyak, bahkan mencapai lebih dari 500 fungsi yang bertalian erat dengan fungsi organ tubuh lainnya. Dengan fungsi yang begitu banyak dan rumit, hati ibarat pabrik kimia serba guna dan paling canggih yang diciptakan oleh Allah, dengan jumlah 300 miliar sel yang tidak bisa ditiru oleh teknologi manusia secanggih apa pun.
Salah satu fungsi hati adalah menyaring dan mengolah darah. Dalam keadaan normal, organ
hati dilintasi sedikitnya 1400 cc darah setiap menitnya, atau hampir seperempat darah yang
ada dalam tubuh melintasi hati setiap menit. Ini adalah cara tubuh untuk membersihkan darah.
Hati menyaring darah yang melewatinya, lalu membersihkannya dari unsur-unsur yang mengotori darah. Jika hati menyaring 1,4 liter darah setiap menitnya, berarti dalam waktu satu tahun hati telah menyaring lebih dari 525.000 liter darah.
Tanpa hati, manusia tidak akan bisa bertahan hidup, bahkan akan mati terbunuh oleh pelbagai
racun yang masuk ke dalam tubuh, termasuk obat-obatan kimia sintesis, seperti antibiotik yang
diresepkan oleh dokter di mana-mana.
Dan Allah lah yang menjaga kehidupan seseorang dengan menciptakan hati dan menjaganya
terus bekerja. Allah terus menjaga kita siang malam, hanya saja kita yang sering lalai dan
sama sekali tidak menyadarinya.
Pertolongan dan kasih sayang Allah di dunia ini tidak hanya untuk orang-orang yang taat saja.
Orang yang bermaksiat sekalipun masih mendapat cipratan kasih sayang Allah. Contohnya
adalah pemuda mabuk di atas. Dia tetap diselamatkan oleh Allah. Semestinya kasih sayang
Allah yang sedemikian agungnya membuat siapapun insaf dan terjaga. Yang taat kepada Allah
semakin taat. Karena ketaatan kepada Allah itu sendiri adalah bentuk kasih sayang Allah. Dan
yang masih juga belum taat, masih suka bermaksiat semestinya segera insaf, bahwa ia masih
hidup dan bisa bernafas di dunia ini karena dilindungi oleh Allah."
Ayyas lalu mengakhiri kalimatnya dengan mengulang syair yang dikatakan Dzun Nun pada
pemuda mabuk dalam ceritanya itu,
"Hai orang yang terlena, padahal Tuhan menjaga dari marabahaya yang merayap di kala gulita.
Sungguh aneh, mata manusia mampu terlelap meninggalkan Tuhan Yang Kuasa, yang melimpahinya berbagai nikmat."
Hati Yelena bergetar hebat mendengar kata-kata yang disampaikan Ayyas dengan penuh keimanan. Dan dengan suara agak serak Yelena berkata, "Aku beriman bahwa Tuhan itu ada!"
Ayyas menyahut dengan dada haru,
"Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah."
Linor bertahan untuk seolah-olah tidak tersentuh oleh penjelasan Ayyas, tapi sesungguhnya
hatinya juga basah. Harga diri dan kesombongan yang masih bercokol kuat dalam hatinya telah
menghalanginya untuk ikut larut dalam keharuan yang dirasakan Yelena. Ia menganggap apa yang terjadi pada Yelena adalah hal yang biasa. Yelena kini percaya kepada Tuhan itu biasa saja baginya. Tetapi ia tidak mau kalau sampai Yelena mengikuti agama primitif yang dipeluk oleh Ayyas, yaitu Islam.

***


Auditorium Fakultas Kedokteran itu penuh sesak. Sebagian orang tidak dapat kursi dan
terpaksa berdiri. Pihak panitia penyelenggara menaksir peserta seminar yang terbuka untuk
umum itu lebih dari seribu dua ratus orang. Penyebab membludaknya peserta seminar tak
lain adalah popularitas salah satu pembicaranya, yaitu Victor Murasov, Ph.D, seorang intelektual
muda yang sering menulis artikel di Koran Pravda, yang sekaligus seorang bintang film yang
baru saja meraih penghargaan sebagai aktor terbaik di Festival Film di Berlin, Jerman.
Victor Murasov, juga dikenal sebagai penulis yang sering menyampaikan pandangan-pandangan
yang kontroversial. Yang paling kontroversial ketika ia mengatakan dalam sebuah tulisannya, bahwa "Ia lebih mencintai Hitler daripada Tuhan. Hitler menurutnya ada dan nyata, dan karena Hitlerlah bangsa Yahudi menjadi dikasihani dunia dan dapat mendirikan Negara Israel. Sedangkan Tuhan menurutnya tidak jelas keberadaannya.
Tulisan Viktor Murasov itu memancing protes banyak kalangan di Moskwa, tetapi selalu saja
Viktor Murasov bisa menghadapinya dengan gaya orasinya yang memikat. Maka diskusi tentang "Tuhan Bagi Manusia di Era Modern" itu pasti akan sangat menarik dan seru, karena salah
satu pembicara utamanya adalah Viktor Murasov yang berkali-kali mengikrarkan diri sebagai hamba Ilmu Pengetahuan. Tuhannya adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Agamanya adalah
agama Ilmu Pengetahuan atau scientologi. Kitab sucinya adalah semua buku-buku sains dan
teknologi.
Selain Viktor Murasov, Ph.D, yang akan menjadi pembicara pada seminar itu adalah Prof. Dr.
Lyudmila Nozdryova, Guru Besar Ilmu Bedah Jantung Fakultas Kedokteran yang juga seorang
penganut Kristen Ortodoks yang taat. Kemudian Dr. Anastasia Palazzo, seorang intelektual muda, pakar sejarah yang juga penganut Katolik yang taat. Dan Muhammad Ayyas, di situ disebutkan sebagai seorang peneliti sosial dari Indonesia yang menganut Islam. Dan moderator seminar adalah seorang wartawati koran Pravda yang berwajah Asia, bernama Oktayabrina Yew.
Seminar dimulai. Oktayabrina duduk di kursi paling kiri, lalu Viktor Murasov, sebelahnya Lyudmila Nozdryova, Anastasia Palazzo dan paling kanan Muhammad Ayyas. Oktayabrina memberikan pengantar seminar dengan sangat meyakinkan, tidak lupa ia memperkenalkan pembicara satu per satu. Dari biodata yang dibacakan nampak sekali, bahwa Muhammad Ayyas paling miskin prestasi akademik dan boleh dibilang paling tidak meyakinkan, sebab dialah satu-satunya pembicara yang tidak bergelar doktor.
Melihat kenyataan itu, Ayyas bersiap-siap bahwa dirinya bisa jadi akan dipersilakan untuk
berbicara paling depan. Karena yang paling belakang biasanya pakar yang dianggap paling
mumpuni sehingga bisa mengoreksi pembicara sebelumnya. Tetapi ternyata dugaannya meleset.
Oktayabrina, menginginkan diskusi yang langsung hangat. Maka ia langsung mempersilakan
Viktor Murasov untuk berbicara paling depan. Oktayabrina kelihatannya berharap, Murasov
akan mengeluarkan statemen yang kontroversial dan membuat suasana seminar panas. Statemen
yang akan membuat pembicara berikutnya mengkritisinya dan membuat hidup suasananya. Viktor Murasov berbicara dengan sangat percaya diri. Baru beberapa kalimat ia lontarkan
suasana ruangan sudah segar, peserta seminar dibuatnya terpingkal-pingkal dengan anekdot yang ia lontarkan. Lalu pelan-pelan ia masuk ke wilayah tema seminar. Ia menjelaskan kemajuan-kemajuan teknologi yang dicapai manusia saat ini.
"Dulu orang tidak pernah berpikir bahwa jantung yang rusak bisa diganti. Sekarang teknologi
menunjukkan mukjizatnya kepada umat manusia. Jantung yang rusak bisa diganti, bisa ditransplantasi, bisa dicangkok dengan jantung lain yang sehat. Bahkan tak lama lagi saya yakin.
Jantung manusia yang rusak bisa diganti dengan jantung babi atau jantung sapi. Tinggal menunggu waktu saja."
Viktor Murasov terus menyihir peserta seminar dengan argumen-argumennya yang nampak
begitu meyakinkan. Ia lalu mulai masuk ke propaganda, agama yang diyakininya yaitu agama
yang menuhankan Ilmu Pengetahuan. Dengan sangat yakin Viktor Murasov mengatakan,
Manusia modern tidak lagi memerlukan Tuhan, seperti yang dijelaskan oleh agama-agama
seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan sejenisnya. Manusia tidak lagi bergantung
pada Tuhan. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang mereka capai mereka mampu
mengatasi pelbagai macam persoalan. Mereka bisa hidup tanpa bantuan Tuhan. Di dunia modern
yang serba canggih ini Tuhan telah sirna. Karena Tuhan yang sesungguhnya adalah
kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbukti banyak menyelesaikan persoalan-persoalan rumit yang dihadapi umat manusia!"
Viktor Murasov mengakhiri kalimatnya dengan diiringi tepuk tangan sebagian besar peserta seminar. Ayyas melirik ke arah Doktor Anastasia Palazzo. Doktor muda itu nampak
menulis sesuatu di kertas dengan wajah memerah tegang. Ayyas sama sekali tidak menyangka bahwa seminar ini sangat serius. Sebab yang dibicarakan adalah masalah paling serius dalam
diskusi ilmu agama dan ilmu filsafat.
Di dalam Islam, yang diseminarkan ini adalah masalah yang menyangkut akidah dan keyakinan.
Ayyas memohon kepada Allah agar diberi pertolongan. Dulu waktu kuliah di Madinah ia pernah
membahas masalah seperti ini dengan sangat detil, ia memohon kepada Allah agar ingatannya
pada materi yang pernah dibahasnya itu dikembalikan.
Kesempatan berikutnya diberikan kepada Prof. Dr. Lyudmila Nozdryova. Guru Besar yang
sudah lebih separo baya itu berbicara dengan begitu lembut. Sangat berbeda dengan Viktor
Murasov yang meledak-ledak dan bisa melucu.
Prof. Dr. Lyudmila menjelaskan bukti-bukti ilmiah dari para ilmuwan dari pelbagai cabang ilmu
yang menegaskan keberadaan Tuhan. Prof. Lyudmila dengan lemah lembut mengatakan,
"Seorang pakar fisika dan biologi, Frank Alan, membuktikan bahwa alam semesta ada Penciptanya. Ia mengatakan, 'Seringkali dikatakan bahwa alam material tidak memerlukan Pencipta. Akan tetapi, jika kita menerima anggapan yang menyatakan bahwa 'alam ada, terus bagaimana kita menjelaskan awal keberadaannya dan perkembangannya? Ada empat kemungkinan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, mungkin alam ini hanyalah imajinasi belaka. Ini jelas bertentangan dengan pendapat yang bisa kita terima bahwa 'alam ini sungguh-sungguh ada'. Kedua, mungkin alam ini terjadi dengan sendirinya begitu saja dari tiada. Ketiga, mungkin ia eternal tak bermula. Keempat, mungkin alam ada yang menciptakan.
Mengenai kemungkinan pertama, problemnya hanyalah menyangkut kesesuaian antara penginderaan dan imajinasi. Artinya, penginderaan dan pengetahuan kita terhadap alam tidak
mendukung jika dikatakan, bahwa alam ini hanya sekadar bayang-bayang, tidak nyata. Jadi
pendapat yang mengatakan, alam ini tidak mempunyai wujud nyata dan semata-mata ada dalam
imajinasi belaka, tidak perlu didiskusikan.
Pendapat yang menyatakan, bahwa alam dengan segala materi dan potensi yang dikandungnya
terjadi dengan sendirinya dari ketiadaan, ternyata sama saja dengan pendapat yang pertama, absurd. Ini juga tidak perlu ditanggapi, apalagi didiskusikan.
Pendapat ketiga yang menyatakan, bahwa alam adalah eternal tak bermula, ternyata mirip
dengan pendapat yang mengatakan, alam ada yang menciptakan. Kemiripannya tersebut terletak
pada sifat eternalitasnya. Kita harus memilih antara melekatkan sifat eternal kepada alam yang
mati atau kepada Tuhan Yang Maha Hidup dan Menciptakan. Tidak ada kesulitan teoretis untuk
memilih satu dari dua kemungkinan ini.
Hukum-hukum termodinamika membuktikan, daya panas energi-energi alam secara perlahan
akan hilang, dan secara pasti berjalan sampai pada suatu kondisi di mana bendabenda di alam
ini berada di bawah titik panas yang amat rendah, yaitu nol mutlak. Pada waktu itulah, energi tidak akan ada dan kehidupan menjadi mustahil. Dan, ketika kondisi ini terjadi, tidak bisa dihindari bahwa energi menjadi musnah:
Matahari yang menyala, bintang-bintang yang bercahaya, dan bumi yang penuh dengan berbagai kehidupan, masing-masing menjadi bukti yang nyata bahwa alam bersifat temporal dan dimulai dari detik tertentu. Jadi, alam memang diciptakan, dan Penciptanya adalah Dzat Yang Eternal, Yang Wajib Adanya, Tak Bermula, Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa."
Prof. Dr. Lyudmila Nozdryova dengan sangat halus sebenarnya membantah pendapat Viktor
Murasov yang terang-terangan meniadakan Tuhan. Ayyas mendengarkan penjelasan Profesor
Lyudmila dengan seksama. Dalil yang disampaikan sangat ilmiah dan kuat. Tapi ia merasa
kurang terang dalam mengoreksi pendapat Viktor Murasov yang disampaikan dengan cara yang lugas, dan terang-terangan. Ayyas berharap Anastasia Palazzo akan mengoreksi pendapat Viktor Murasov dengan serius. Sehingga dirinya yang sebenarnya tidak penting karena sekadar jadi pembicara pengganti tidak perlu banyak bicara. Cukup beberapa kalimat saja.
Dan tibalah saatnya Dr. Anastasia Palazzo menyampaikan pendapatnya. Doktor muda itu telah
membagikan makalah tujuh halaman tentang bagaimana para pemikir memikirkan Tuhan. Inti
dari makalah Doktor Anastasia sebenarnya bermuara pada hal yang sama, yaitu bahwa Tuhan
itu ada.
Dengan suara yang jernih, dan wajah yang memikat siapa pun yang memandangnya, Doktor
Anastasia Palazzo mengatakan,
"Pemikir yang benar-benar berpijak pada teori ilmiah ilmu pengetahuan tidak akan mengingkari
adanya Tuhan. Manusia modern sangat memerlukan Tuhan, sama dengan manusia kuno memerlukan Tuhan. Para filsuf modern yang cemerlang memberikan bukti-bukti dan dalil-dalil filosofis bahwa Tuhan itu ada. Contohnya Rene Descartes, Braise Pascal, dan Immanuel Kant. Mereka semua meyakini Tuhan itu ada.
Rene Descartes misalnya, perkataannya yang paling terkenal adalah: Je pense donc je suisl Atau, Cogito ergo sum! I think hence I am! Artinya: Aku berpikir maka aku ada! Perkataannya itu, merupakan titik awal pembuktiannya bahwa Tuhan itu ada. Setelah mengatakan, aku berpikir maka aku ada, dia lantas berkata: 'Aku ini ada. Maka siapakah yang mengadakan aku dan menciptakan aku? Aku tidak menciptakan diriku sendiri. Oleh karena itu harus ada Dzat yang menjadikan aku. Dzat yang menjadikan itu haruslah Dzat yang 'Wajib Wujud'. Yaitu Dzat yang pasti adanya. Dzat yang tidak mungkin tidak ada. Dzat yang ada dengan sendirinya, dan tidak membutuhkan Dzat lain untuk mengadakan-Nya, atau yang memelihara wujud-Nya. Dzat itu juga harus selamanya ada, tidak berkesudahan. Dan Dia harus pula memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Sungguh indah caranya membuktikan adanya Tuhan!
Kemudian Braise Pascal, kecerdasannya mengantarkan pada kesimpulan bahwa Tuhan itu ada. Ia mengatakan, 'Pengetahuan kita tentang Tuhan termasuk salah satu pengetahuan pertama, yang tidak memerlukan perdebatan dalil-dalil pikiran. Karena aku bisa tidak ada, kalau ibuku meninggal dunia terlebih dahulu sebelum aku dilahirkan hidup. Jadi, aku bukan dzat yang wajib
wujud, dan aku bukan selamanya ada. Aku bukan tidak berkesudahan. Karena itu harus ada dzat
yang wajib wujud, yang ada selamanya, dan yang tidak berkesudahan, di mana wujudku bersandar kepadanya. Yaitu Tuhan. Yang kita ketahui wujud-Nya dengan pengetahuan pertama, tanpa merepotkan diri dalam perdebatan bukti-bukti alam pikiran!'
Pengetahuan pertama yang dimaksud Pascal adalah fitrah murni dalam diri manusia. Yaitu
pikiran-pikiran fitri yang terdapat dalam akal manusia yang dapat dilihat dengan jelas dan terang
benderang tanpa membutuhkan pembuktian. Ialah pikiran yang secara otomatis dapat membedakan baik dan buruk, gelap dan terang, kebenaran dan kebatilan.
Sedangkan Immanuel Kant, setelah dia membeberkan teorinya yang panjang, dia menyimpulkan
bahwa, kebenaran adanya Tuhan adalah kebenaran postulat. Yaitu kebenaran tertinggi dalam tingkatan kebenaran. Kebenaran tak terbantahkan. Kebenaran yang berada di luar jangkauan indera, akal dan ilmu pengetahuan. Itulah yang disebut postulat, yaitu dalil teoretis yang berada di luar jangkauan pembuktian teoretis, yang oleh karenanya dapat disebut dalil kepercayaan!"
Penjelasan Dr. Anastasia Palazzo cukup tajam mengoreksi pendapat Viktor Murasov. Hanya
saja menurut Ayyas, belum benar-benar membantah propaganda Viktor Murasov, bahwa di
dunia modern yang serba canggih ini Tuhan telah sirna digantikan oleh Ilmu Pengetahuan.
Ayyas menyebut asma Allah. Moderator masih berbicara memuji Doktor Anastasia Palazzo yang begitu rapi menyampaikan pendapatnya. Sesaat kemudian sang moderator Oktayabrina mempersilakan dirinya untuk angkat bicara.
Ayyas langsung berdiri dari tempat duduk. Ia berdiri dengan tenang, kedua matanya memandang
seluruh ruangan bagaikan seorang raja memandang rakyatnya. Lalu ia berkata,
"Kalian ingat puisi Paulson yang dikutip Leo Totstoy dalam cerpennya yang berjudul Tuhan dan Manusia?"
Terdengarlah gemuruh dari seluruh peserta bahwa mereka tidak ingat.
"Kalian mau aku bacakan puisi itu?" Serentak mereka menjawab, "Ya bacakanlah!"
Ayyas langsung mendeklamasikan puisi itu dengan lantang,

"Topan yang menyembunyikan langit
Angin pusar membawa salju
Sekarang ia mengaum bagai hewan buas
Sebentar kemudian bagai anak kecil Ia merengut kelu"
Seketika ruangan seminar itu bergetar oleh gemuruh tepuk tangan ketika Ayyas selesai membacakan sajak Paulson dan menunduk hormat kepada mereka. Ayyas lalu duduk dan mulai bicara. Panggung sepenuhnya dalam kendalinya.
"Di dunia ini, Tuhan menyayangi orang-orang yang mengimaninya juga menyayangi orang-orang yang mengingkarinya. Sangat dahsyat kasih sayang Tuhan, sehingga seorang manusia yang lemah yang kalau sakit gigi sedikit saja mengaduh siang malam, yang sedemikian
lemahnya manusia itu tapi berani menyatakan bahwa Tuhan telah sirna karena ilmu pengetahuan.
Orang yang seperti itu pun di dunia ini tetap disayang Tuhan. Diberi makan, diberi pakaian, diberi penghasilan cukup, bahkan diberi ketenaran yang luar biasa.
Kita tadi mendengar bersama bagaimana canggihnya Viktor Murasov menunjukkan kehebatannya. Ia mengaum bagai hewan buas yang begitu bernafsu mencabik-cabik Tuhan dan membinasakan Tuhan dengan sebinasa-binasanya.
Meskipun begitu Tuhan tetap masih sayang padanya. Tuhan tidak memerintahkan kepada
jantung yang ada di dalamnya untuk berhenti berdetak.
Tidak. Tuhan tidak memerintahkan hati yang ada di dalamnya berhenti menyaring racun. Tidak. Tuhan masih memberinya kesempatan hidup.
Tuhan tidak juga mengirimkan topan dan badai kemarahan kepadanya. Tidak. Kenapa? Sebab
Tuhan tahu kata-kata Viktor Murasov itu tak lebih berharga dari sampah belaka. Tidak ada bobot
dan nilainya sama sekali. Kata-katanya sama sekali tidak menggoyah sedikit pun keberadaan
Tuhan.
Baiklah mari kita buktikan bersama bahwa kata-kata Viktor Murasov tadi tak ada nilainya sama sekali. Itu hanya bagian dari cara dia agar ditulis di koran-koran dan tetap terkenal saja.
Bagi orang yang cermat dan paham filsafat. Sebenarnya Viktor Murasov hanyalah burung beo. Dia hanya ikut-ikutan saja. Apa yang dikatakannya sebenarnya adalah apa yang pernah dikatakan oleh Nietzsche. Siapa Nietzsche itu? Dia adalah seorang pemikir dari Jerman yang
mengatakan Tuhan telah mati. Nietzsche adalah seorang atheis. Dia mengingkari adanya Tuhan.
Dia pengusung paham athéisme optimisme. Jadi, apa yang dikatakan Viktor Murasov adalah apa
yang ditulis Nietzsche yang pernah menggegerkan Jerman, bahkan Eropa pada abad ke-19 yang silam. Pembual itu hanya menyambung lidah Nietzsche. Dia tak ubahnya seekor burung beo yang mengoceh dan menirukan pemikiran Nietzsche. Jujur, saya lebih salut pada
anak-anak kecil yang kreatif berpikir daripada seorang yang mengaku intelektual tapi sejatinya hanya seorang pengekor."
Ayyas berkata dengan ceplas-ceplos dengan bahasa yang terus terang dan terkesan kasar.
Ruangan seminar hening dan tegang. Ketika Ayyas hendak melanjutkan pembicaraannya, moderator menyela, "Maaf, Tuan Ayyas, Anda sudah terlalu panjang."
Tiba-tiba seorang peserta seminar, seorang gadis berambut jagung berdiri dan bersuara lantang, "Nyichego! Interesnor (Tidak apa! Menarik!)"
Ratusan orang kemudian menyampaikan hal yang sama. Mereka ingin agar Ayyas diberi
kesempatan melanjutkan pendapat yang ingin disampaikannya. Moderator tidak bisa berbuat
apa-apa kecuali memberi kesempatan lagi kepada Ayyas untuk melanjutkan pembicaraannya.
"Silakan dilanjutkan Tuan Ayyas!" Kata Oktayabrina Yew.
Ayyas tersenyum lembut dan kembali melanjutkan perkataannya yang sempat putus,
"Nietzsche termasuk pemikir yang terjebak dalam athéisme, yaitu pemikiran yang mengingkari
adanya Tuhan. Sebelum masuk pemikiran Nietzsche, kita harus tahu bahwa athéisme ini banyak jenisnya. Namun intinya satu, yaitu tidak mengakui keberadaan Tuhan. Ada yang disebut
athéisme materialisme. Ini adalah jenis atheism yang paling tua. Ada athéisme psikologi, athéisme marxisme, athéisme eksistensialisme, juga athéisme neo positivisme. Tapi mohon maaf, saya tidak bisa menjelaskan detil jenisjenis athéisme itu di forum ini karena waktu yang terbatas. Kita akan sama-sama menguliti pemikiran Nietzsche yang dibawa Viktor Murasov ke tengah-tengah kita.
Nietzsche menggegerkan Eropa karena menurutnya Tuhan telah mati. Dalam bahasa Viktor Murasov Tuhan telah sirna. Bagaimana runtutan cara berpikir Nietzsche sampai dia meniadakan
Tuhan?
Begini, menurut dia, manusia mengakui adanya Tuhan karena tingkat ilmu dan teknologi yang rendah. Manakala manusia telah mencapai ilmu dan teknologi yang tinggi niscaya percaya pada Tuhan tidak diperlukan lagi. Dahulu ketika ilmu dan teknologi manusia masih rendah, hidupnya masih tergantung pada belas kasihan alam. Semua kekuatan alam didewakan. Ketika manusia melihat banjir besar melanda pertanian dan pemukimannya yang membawa penderitaan luar biasa, ia merasa tidak mampu mengatasinya.
Ketika banjir reda dan sungai kembali jernih manusia dapat memanfaatkan kebaikannya sebagai
sumber penghidupan. Ikan-ikannya yang gemuk dan manfaat lainnya yang banyak. Agar sungai tidak mengamuk dan tetap memberikan berkah lalu disucikannya. Dianggap mempunyai kekuatan raksasa yang gaib. Lalu diberi sesaji, dihormati, dituhankan.
Dalam masyarakat primitif muncul dewa, sungai, dewa langit, dewa laut, dewa hujan, dewa
pertanian dan lain sebagainya yang itu semua merupakan kekuatan alam. Tetapi ketika manusia
tidak lagi tergantung pada alam, dengan ilmu dan teknologinya dapat mengendalikan banjir,
dengan ilmu pertanian melipatgandakan hasil panen, dewa atau Tuhan sungai tidak ada lagi.
Kekuatan alam yang berupa banjir yang dulu diagungkan dan disucikan diberi sesaji kini harus
sujud menyembah di telapak kaki manusia. Dalam sejarah bangsa Yunani dikenal banyak dewa-dewa yang diketuai oleh Tuhan Zeus.
Kini manusia telah menguasai ilmu dan Tuhan ataupun dewa-dewa yang dianggap sebagai Tuhan, tinggal hanya dalam buku-buku di perpustakaan. Nietzsche bertanya, ke mana Tuhan-Tuhan itu pergi? Apakah 'dia lari atau bersembunyi ataukah dia hilang seperti anak kecil? Tidak!
Tuhan itu telah mati! Kita yang membunuhnya, demikian Nietzsche mengejek bahwa Tuhan ditikam jantungnya dengan belati ilmu pengetahuan. Ia sangat optimis bila manusia telah
mencapai kemajuan, sehingga ilmu pengetahuan membebaskan manusia dari ketergantungannya
pada alam, maka Tuhan telah sempurna matinya. Ia membutuhkan waktu sebagaimana kilat pun
membutuhkan waktu. Ia menganjurkan agar manusia terus maju mengejar ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia, sendiri menjadi pengatur alam, bukan tergantung pada alam. Manusia dengan ilmu pengetahuannya harus menggantikan dewa-dewa orang primitif, menjadi penentu dan pengatur alam, ia harus menjadi manusia atas atau manusia super. Jadi Viktor Murasov hanyalah pembeo pemikiran Nietzsche.
Dan tentu saja pemikiran Nietzsche sama sekali tidak benar. Bagaimana membuktikan pemikiran Nietzsche samasekali tidak benar?
Mudah saja, begini, Nietzsche begitu optimis akan mukjizat ilmu pengetahuan yang dengan
kekuatannya manusia dapat menguasai alam, dan bila demikian, maka Tuhan tidak diperlukan lagi. Benarkah ilmu pengetahuan dapat menjanjikan optimisme yang diyakininya bahwa manusia
akan dapat menguasai alam?
Tidak diragukan lagi, manusia dengan ilmu dan teknologinya telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Sekali peristiwa terjadi di ujung dunia, pada saat yang sama dapat dimonitor pada ujung
dunia yang lain. Sekali gagang telpon diangkat, komunikasi antarbenua dapat terlaksana.
Manusia telah berhasil melakukan cangkok ginjal, cangkok jantung dan bahkan mampu menggandakan makhluk hidup dengan cara cloning.
Berbagai penyakit berbahaya seperti TBC, infeksi, raja singa bisa diatasi. Manusia merasa semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologinya, semakin kecil masalah yang tidak bisa diatasinya, sehingga pada suatu saat akan sampai pada batas di mana semua masalah akan dapat diatasi.

Tetapi apa yang terjadi tidaklah demikian. Batas di mana manusia ingin mencapainya ternyata selalu mundur sejalan dengan kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan. Suatu masalah dapat ditangani, masalah lain muncul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar